APA TEGESÉ FATALISTIK ING BASA MALAYSIA?
Klik kanggo
deleng deifinisi asli saka «fatalistik» ing bausastra Basa Malaysia.
Klik kanggo
deleng pertalan otomatis saka definisi ing Basa Jawa.
Definisi saka fatalistik ing bausastra Basa Malaysia
kecenderungan fatalistic, percaya utawa terus-terusan: minangka khalifah Allah, masyarakat muslim kudu ora berperilaku, nanging kudu aktif, dinamis, kreatif lan produktif. fatalistik cenderung, percaya atau berpegang kpd nasib: sbg khalifah Allah, masyarakat Islam tidak boleh bersikap ~, sebaliknya harus aktif, dinamik, kreatif dan produktif.
Klik kanggo
deleng deifinisi asli saka «fatalistik» ing bausastra Basa Malaysia.
Klik kanggo
deleng pertalan otomatis saka definisi ing Basa Jawa.
BUKU BASA MALAYSIA KAKAIT KARO «FATALISTIK»
Temukaké kagunané saka
fatalistik ing pilihan bibliografi iki. Buku kang kakait dening
fatalistik lan pethikan cekak kang padha kanggo nyediyakaké panggunané ing sastra Basa Malaysia.
1
Ruh Islam dalam budaya bangsa: Aneka budaya Nusantara
nilai fatalistik yang berpengaruh pada sikap statik dan yang tidak relevan dengan etos kerja, tidak dirubah oleh Islam. Malah dapat dikatakan nilai fatalistik dan sikap statik tersebut seakan-akan diperkuat oleh Islam. Hal ini tidak ...
Aswab Mahasin, Yayasan Festival Istiqlal (Jakarta, Indonesia), 1996
2
TEOLOGI BENCANA: Studi Santri Tanggap Bencana - Halaman 123
Respons Santana atas bencana yang di wujudkan dalam pendekatan agama tersebut terhadap korban yang mayoritas Muslim seakan menolak anggapan yang memandang tafsir agama atas bencana yang dianggap fatalistik, menyalahkan ...
3
Membuka pintu bagi masa depan: biografi Sartono ...
... orang-orang yang benar-benar beriman. Di dalam hidup, orang Jawa umumnya bersikap fatalistik. Urip manungsa pinasti ing pangeran. Bagaimanapun baiknya manusia merancang hidupnya, kesudahannya Tuhanlah yang menentukan.
4
Pengaruh Islam dalam karya-karya R.Ng. Ranggawarsita - Halaman 27
orang Jawa yang memiliki paham hidup fatalistik (Marbangun, 1995: 26) yang mengakui kehidupannya di dunia dinilai sebagai "waktu jeda" sebelum kembali kepada Tuhan. Dalam perjalanan hidup tersebut, seseorang berkeyakinan bahwa ...
Dhanu Priyo Prabowo, 2003
5
Pemikiran Islam di Malaysia: sejarah dan aliran - Halaman 45
... Mu'tazilah yang diklaim sesat (heretics).21 Penjelasan golongan Asy'ariyah tak begitu berbeda dengan Jabariyah yang bersifat fatalistik.22 Demikianlah ciri-ciri utama pemikiran tradisionalisme tentang ilmu tauhid yang bertolak dari Rukun ...
Abdul Rahman Haji Abdullah, 1997
6
Nilai-nilai arsitektur rumah tradisional Jawa: sebuah ... - Halaman 42
Sikap hidup mereka pada dasarnya terungkap dalam tiga jalur utama, yaitu: sikap feodalistik, sikap keagamaan/kepercayaan/keyakinan dan sikap fatalistik yang ketiga-tiganya tumbuh bersama-sama secara paralel11. Sikap feodalistik ...
7
Masalah pengangguran dan solusinya ditinjau dari ... - Halaman 24
selain mengandung sistem nilai yang rasional juga tidak jarang mengandung sistem nilai mistis, irrasional, fatalistik, feodalistik, komunal, dan bisa sangat berorientasi ke masa lampau. Adalah merupakan suatu hal yang fatal, jika tataran ...
Komnas HAM (Indonesia), 2005
8
Teologi pembangunan paradigma baru pemikiran Islam - Halaman 65
Padahal pernah saya kemukakan keliru kalau orang Betawi itu terlalu fatalistik. Pemahaman seperti itu keliru, ditanamkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, supaya orang-orang Betawi itu tidak keba- gian dunia. Katanya dunia ...
Loekman Soetrisno, M. Masyhur Amin, 1989
9
Pragmatik: teori dan kajian Nusantara - Halaman 305
Dari situ dapat diinferensi bahwa pandangan hidup orangJawa itu fatalistik. Orang Jawa harus menerima apa pun yang ditakdirkan Tuhan, seperti yang tertuang di dalam ajaran kejawen (Soesilo, 1998:125) dalam bentuk pedoman hidup ...
10
Kreativitas dan sumber daya manusia: kumpulan tulisan ...
Karena mereka tidak menyadari bahwa orang tua yang pendidikannya kurang cenderung mendidik anak secara permisif dan fatalistik. Permisif artinya membiarkan, tidak mengarahkan; Fatalistik artinya lebih banyak menggantungkan ...
Sri Soemantri Martosoewignyo, Yayasan Sumber Agung (Jakarta, Indonesia), 1994
